Subnetting

Posted: Selasa, 03 Agustus 2010 by yukivaleri in Label:
0

• Original IP address scheme
– Setiap jaringan fisik diberi sebuah network address yang unik
– Setiap host di dalam sebuah jaringan mempunyai network address sebagai prefix dari individual address
• Para perancang TCP/IP tidak menyangka akan pesatnya pertumbuhan (growth) jumlah jaringan (dan hostnya) yang terhubung ke Internet
• Jumlah jaringan yang sangat banyak akan membebani Internet
– Overhead administratif akan sangat banyak hanya untuk me-manage network address
– Tabel ruting di dalam router akan sangat besar (membebani Internet ketika terjadi pertukaran informasi tabel ruting yang sangat besar)
– Alokasi alamat akan habis
• Khususnya alokasi kelas B akan cepat habis untuk jaringan skala menengah

Cara menghemat IP address:
• Menghemat pemberian network prefix
• Network prefix yang sama harus dipakai bersama oleh sejumlah jaringan fisik (subnetting)
• Untuk menghemat penggunaan alamat kelas B, harus digunakan kelas C

Implementasi subnet dengan mask:
• Digunakan subnet mask 32-bit
– Bit diset “1” : mesin dalam jaringan menganggap bit-bit pada IP address yang sesuai sebagai subnet prefix
– Bit diset “0” : mesin mengganggap IP address yang sesuai sebagai host identifier
• Contoh : subnet mask 11111111 11111111 11111111 00000000 menyatakan bahwa 3 oktet pertana dari IP addres adalah subnet prefix (identifikasi jaringan) sedangkan oktet ke empat mengidentifikasi host dalam jaringan tersebut
Default subnet mask:
Class A - 255.0.0.0 - 11111111.00000000.00000000.00000000
Class B - 255.255.0.0 - 11111111.11111111.00000000.00000000
Class C - 255.255.255.0 - 11111111.11111111.11111111.00000000

Menghitung jumlah subnet dan host:
• Jumlah subnet = 2n-2
– n = jumlah bit yang melebihi default subnet mask
• Jumlah total host = Jumlah subnet x jumlah host dalam setiap subnet
• Subnet dengan semua “1” atau “0” dilarang
• Host address yang sudah direserve : “0” semua (network ID) dan “1” semua (broadcast ad
Contoh
• 10001100.10110011.11011100.11001000 (140.179.220.200) IP Address 11111111.11111111.11100000.00000000 (255.255.224.000) Subnet Mask
• Pada contoh di atas digunakan 3 bit tambahan untuk subnet mask
• Maka ada 23-2 = 6 subnet yang masing-masing berisi 213-2=8190 host
– Host addres yang dapat di-assign pada setiap subnet adalah yang berada di antara subnet address dan broadcast address
10001100.10110011.11000000.00000000 (140.179.192.000) Subnet Address
10001100.10110011.11011111.11111111 (140.179.223.255) Broadcast Address
• Masing-masing subnet adalah :
– 10001100.10110011.00100000.00000000 : subnet 1 (140.179.32.0)
– 10001100.10110011. 01000000.00000000: subnet 2 (140.179.64.0)
– 10001100.10110011. 01100000.00000000: subnet 3 (140.179.96.0)
– 10001100.10110011. 10000000.00000000: subnet 4 (140.179.128.0)
– 10001100.10110011. 10100000.00000000: subnet 5 (140.179.160.0)
– 10001100.10110011. 11000000.00000000: subnet 6 (140.179.192.0)
– 10001100.10110011.00000000.00000000 : dilarang (subnet id 0 semua)
– 10001100.10110011. 11100000.00000000: dilarang (net id 1 semua)
• Jumlah total host yang mungkin adalah 6x8190 = 49140
Subnet routing algorithm:
• Tabel ruting konvensional hanya mengandung informasi (network address, next hop address)
– Network address mengacu pada IP address dari jaringan yang dituju (misalnya N) sedangkan next hop address adalah alamat router berikutnya yang digunakan untuk mengirimkan datagram ke N
• Tabel ruting dengan subnet mask :
(subnet mask, network address,next hop address)
– Router menggunakan subnet mask untuk meng-ekstrak subnet id dari IP address tujuan. Hasilnya dibandingkan dengan entry network address. Jika sesuai, maka datagram dikirimkan melalui router yang ada di next hop address

CIDR:
• Subnetting ditemukan pada tahun 80-an
• Tahun 1993 semakin disadari bahwa untuk menghemat IP address tidak boleh hanya mengandalkan teknik subnetting
• Lahirlah Classless addressing (supernet addressing/supernetting)


repost from:
1. http://telecom.ee.itb.ac.id/~tutun/ET5044/0405/5.ppt

0 komentar: